Negeriku ini memang kaya akan berbagai macam seni dan budaya yang terbentang dari Merauke sampai Sabang, tak terhitung jumlahnya. Tari-tarian, seni lukis, keris, pahat batu, pahat kayu dan sebagainya, yang kesemuanya mengandung makna dan arti yang mendalam yang tercipta dari pembuatnya, atau kalau boleh disebut tercipta dari seorang "Empu", yang sudah ahli dalam bidangnya.
Salah satunya adalah Batik (amba, titik), maksudnya adalah batik dibuat dibidang yang amba/ luas (biasanya menggunakan kain mori) dan titik-titik. Cara membuat motif/ gambar batik memang dengan cara di titik-titik. Alat yang digunakan untuk membatik dinamakan Canthing, yang terbuat dari bahan logam, biasanya kuningan. Dan juga mengunakan "malam" atau lilin, fungsinya adalah untuk membatasi atau menutup motif/ gambar sebelum kain mori dicelupkan ke bahan pewarna batik, seperti yang pernah saya lihat di rumah nenek di Pekalongan (Kraton Lor). Bahan pewarna batik ini ada 2 jenis, yaitu bahan-bahan pewarna alamiah (dari akar, daun, batang pohon tertentu) dan bahan pewarna buatan pabrik (kimia). Yang banyak digunakan sekarang adalah bahan-bahan pewarna kimia, dengan alasan lebih simple digunakan.
Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai motif batik sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi atau kultur daerah tersebut. Di Jawa dimana tempat saya tinggal saja banyak sekali motif batik, misalnya yang saya tahu, sogan, jumputan, sidomukti, sidodadi, dsb.
Daerah-daerah yang terkenal dengan batiknya misalnya, Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Lasem dsb. Pekalongan dengan pola warna yang lebih berani/ berwarna (batik pesisiran), sedang Yogyakarta, Solo lebih cenderung dengan pola warna alami (batik pedalaman).
Batik sudah diakui oleh badan dunia UNESCO (Educational Scientific And Cultural Organitation) sebagai warisan budaya bangsa Indonesia pada 2 Oktober 2009, hal ini sangat diharapkan oleh semua rakyat Indonesia, agar Batik tidak lagi "dicuri" oleh negara tetangga dan diakui sebagai hasil seni budayanya.
Batik pada dasarnya ada 2 jenis, yaitu batik tulis dan batik cap, masing-masing punya keunggulan sendiri-sendiri. Batik tulis lebih bagus dan berkualitas, dan harganya lebih mahal, batik cap lebih cepat dibuat, tapi cenderung lebih murah harganya. Dipasaran banyak kita lihat kain-kain dengan motif batik, tapi kain itu tidak bisa disebut batik, karena hanya motifnya saja yang batik, tapi cara membuatnya menggunakan mesin-mesin modern/ pabrik textil.
Motif batik juga sudah "memasuki" dunia olah raga khususnya sepak bola, contohnya kaos tim PSIM Yogyakarta, Sriwijaya FC pada jerseynya ada motif batiknya.
Semoga saja entah kapan masyarakat Indonesia akan bangga dengan produk kearifan lokal, misalnya Batik ini. Bersambung...
Daerah-daerah yang terkenal dengan batiknya misalnya, Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Lasem dsb. Pekalongan dengan pola warna yang lebih berani/ berwarna (batik pesisiran), sedang Yogyakarta, Solo lebih cenderung dengan pola warna alami (batik pedalaman).
Batik sudah diakui oleh badan dunia UNESCO (Educational Scientific And Cultural Organitation) sebagai warisan budaya bangsa Indonesia pada 2 Oktober 2009, hal ini sangat diharapkan oleh semua rakyat Indonesia, agar Batik tidak lagi "dicuri" oleh negara tetangga dan diakui sebagai hasil seni budayanya.
Batik pada dasarnya ada 2 jenis, yaitu batik tulis dan batik cap, masing-masing punya keunggulan sendiri-sendiri. Batik tulis lebih bagus dan berkualitas, dan harganya lebih mahal, batik cap lebih cepat dibuat, tapi cenderung lebih murah harganya. Dipasaran banyak kita lihat kain-kain dengan motif batik, tapi kain itu tidak bisa disebut batik, karena hanya motifnya saja yang batik, tapi cara membuatnya menggunakan mesin-mesin modern/ pabrik textil.
Motif batik juga sudah "memasuki" dunia olah raga khususnya sepak bola, contohnya kaos tim PSIM Yogyakarta, Sriwijaya FC pada jerseynya ada motif batiknya.
Semoga saja entah kapan masyarakat Indonesia akan bangga dengan produk kearifan lokal, misalnya Batik ini. Bersambung...
Comments
Post a Comment