Skip to main content

Si Buta Yang Pandai


Al-kisah di sebuah negeri di atas awan ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Karapandai. Kerajaan  yang aman tenteram, rakyatnya hidup makmur, dengan dipimpin sang raja yang bijaksana bernama Raja Kudapandai sedang gundah gulana hatinya. Beliau memikirkan putrinya yang cantik jelita bernama Putri Sekar Serapandai yang belum juga menikah, padahal sudah cukup umur untuk segera berumah tangga.

Setiap malam Sang Raja Kudapandai bersama permaisuri yang bernama Putri Sekar Lalapandai memohon kepada Tuhan untuk segera memeberikan jodoh untuk putri satu-satunya itu.  Hingga suatu ketika sang raja berkata kepada permaisurinya :

Sang Raja : Istriku...hatiku gundah, bagaimana tidak putri kita satu-satunya belum juga berjodoh hingga kini, apa ada yang salah pada diriku dalam memimpin kerajaan ini ?

Permaisuri : Sabarlah kakanda...kakanda tidak salah, mungkin belum waktunya putri kita untuk segera berumahtangga, mungkin Tuhan masih memilihkan jodoh yang terbaik untuk putri kita...kakanda.

Sang Raja : Iya adinda...tapi putri kita sudah cukup umur untuk segera menikah, kakanda juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu...cucu kita istriku !!!

Permaisuri : Iya kakanda...aku juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu, bahagia sekali rasanya bila ada seorang bayi lahir dari putri kita.

Sang Raja : Baiklah adinda...bagaimana kalau kita mengadakan sayembara untuk calon suami putri kita, adinda setujukah ?

Permaisuri : Kalau sayembara ini memang jalan yang terbaik, adinda menurut saja kakanda.

Sang Raja : Baiklah adinda, besok kita panggil putri kita untuk membicarakan masalah ini.

Singkat cerita pada suatu pagi yang cerah, Sang Putri Raja sedang bersendau gurau, riang gembira dengan tema-temannya di sebuah taman kerajaan. Hingga datang seorang emban istana yang bernama Kuncup Terasipandai memanggil sang putri :

Emban : Ampun tuan putri, kalau hamba mengganggu tuan putri, hamba disuruh ibunda permaisuri memanggil tuan putri untuk segera menghadap ayahanda...

Sang Putri : Ada apa emban...apakah ada hal yang penting...?

Emban : Maaf  tuan putri...hamba tidak tahu...

Sang Putri : Baiklah emban...saya akan segera menghadap...

Segera sang putri menghadap ayahanda didampingi emban Kuncup Terasipandai, dengan hati yang bertanya-tanya "ada apa ya...ayahanda memanggil aku...apakah aku sudah berbuat kesalahan" gumam sang putri dalam hati.

Sang Raja Kudapandai didampingi Permaisuri Sekar Lalapandai sudah menunggu kedatangan putri tunggalnya, di serambi istana.

Sang Raja : Kemarilah putriku...duduklah di samping ibunda !

Permaisuri : Iya anakku...kemarilah.

Sang Putri : Baiklah ayah, bunda...

Sang Raja : Tadi malam ayahanda bersama ibunda...berembuk untuk segera mencarikan jodoh buatmu. Tapi apakah kamu sudah punya pilihan sendiri...tanya sang raja ?

Permaisuri : Iya anakku...apakah kamu sudah punya pilihan hati sendiri untuk calon suamimu ?

Sang Putri : Hemmm...belum ayah, bunda...hamba belum ada calon suami...hamba belum berpikir untuk menikah...maaf ayah, bunda...

Sang Raja : Kenapa putriku ?

Sang Putri : Hemmm...tidak tahu ayah...

Permaisuri : Putriku...ayahanda juga bunda ingin segera kamu menikah...ayahanda ingin segera menimang cucu...anakku.

Sang Raja : Benar kata bunda putriku...ayahanda ingin segera menimang cucu...

Sang Putri : Baiklah ayah, bunda...hamba menurut saja apa kehendak ayah dan bunda...

Sang Raja : Baiklah...karena kamu belum punya calon suami sendiri...bagaimana kalau kita sayembarakan untuk memilih calon suamimu ?

Sang Putri : Baiklah ayah...tapi hamba punya syarat...

Sang Raja : Apa syarat itu anakku ? 

Sang Putri : Calon suamiku harus bisa membawa sepasang kijang ke istana ini dalam satu hari saja ayah...

Sang Raja : Sepasang kijang dalam satu hari anakku...sedikit kaget sang raja mendengar syarat yang diajukan sang putri...?

Sang Putri : Iya ayahanda...hanya itu syaratnya...

Sang Raja : Apa tidak terlalu sulit syarat itu anakku...bukankah kamu tahu diseluruh penjuru kerajaan ini tidak mungkin ditemui binatang kijang itu. Binatang itu hanya bisa ditemui di sebuah pulau yang bernama Nusantara...pulau yang sangat elok dan dihuni orang-orang sakti bijaksana...juga sangat jauh letaknya dari kerajaan ini. Apakah tidak ada syarat lain putriku ?

Sang Putri : Maaf ayah...tidak ada syarat yang lain...hanya itu...

Permaisuri : Kakanda...kalau syarat itu yang diajukan putri kita...sebaiknya kakanda turuti saja...mungkin ini sebagai syarat untuk mendapatkan calon suami yang terbaik untuk putri kita...bukan begitu kakanda ?

Sang Raja : Iya adinda...kakanda mengerti...baiklah putriku...besok ayahanda akan menyuruh hulubalang kerajaan untuk menyebarkan berita sayembara ini ke seluruh pelosok negeri...dan juga wilayah kerajaan-kerajaan tetangga. 


Selang berapa lama hulubalang raja sudah kembali ke istana kerajaan...dan melaporkan tugasnya kepada Sang Raja Kudapandai.

Hulubalang : Maaf  baginda...tugas yang diembankan kepada hamba sudah selesai dilaksanakan...

Sang Raja : Terimakasih hulubalang...silakan beristirahat bersama pasukanmu !

Hulubalang : Baiklah baginda...terimakasih...

Beberapa hari kemudian berdatanganlah para pemuda tampan dari seluruh pelosok negeri...dan juga dari kerajaan-kerajaan tetangga. Ada raja, anak raja, para bangsawan, dan juga rakyat jelata ingin mengikuti sayembara ini. Sayembara ini memang bebas untuk semua kalangan, tidak hanya untuk para bangsawan saja. Raja Kudapandai memang terkenal adil, jujur, dan bijaksana dalam memimpin kerajaannya. 

Kecantikan Sang Putri Raja menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi para peserta sayembara ini, juga sang putri ini terkenal akan budi pekertinya yang santun, sehingga seluruh rakyat mencintainya.

Setelah seluruh peserta berkumpul di alun-alun kerajaan, maka sang raja sendiri yang mengumumkan syarat-syarat sayembara ini :

" Syarat untuk mengikuti sayembara ini hanya ada satu...yaitu siapa saja yang dapat membawa sepasang kijang dalam satu hari ke istana ini, yang akan menjadi suami putriku, dan bagi siapa saja yang merasa tidak mampu dengan syarat ini...dipersilakan untuk meninggalkan alun-alun ini". 

Banyak peserta yang kaget dan terheran-heran mendengar syarat ini...tidak mungkin...mustahil bisa melaksanakan syarat itu, sehingga banyak peserta yang langsung meninggalkan alun-alun kerajaan.
Tak disangka...setelah Sang Raja Kudapandai selesai mengumumkan syarat sayembara tadi...hanya tinggal satu pemuda buta yang masih berdiri di tengah alun-alun kerajaan, peserta lainnya meninggalkan alun-alung dengan bergumam "syaratnya terlalu berat".

Kemudian Sang Raja menyuruh hulubalang memanggil pemuda buta tadi untuk menghadap raja, permaisuri, dan tentunya sang putri raja.

" Kamu sanggup dengan syarat yang diajukan putriku ?  tanya sang raja kepada pemuda buta.

Pemuda Buta : Maaf baginda...hamba sanggup...

Sang Raja : Baiklah...kalau kamu sanggup segera laksanakan dalam satu hari...

Sang Putri : Maaf ayahanda hamba menyela...wahai pemuda buta siapa namamu...tanya sang putri ?

Pemuda Buta : Nama hamba Jaka Samadirah tuan putri...

Sang Putri : Kamu darimana, namamu, wajahmu, juga perawakanmu bukan ciri-ciri orang Kerajaan Karapandai...?

Pemuda Buta : Benar tuan putri...hamba dari Pulau Nusantara...

Sang Raja : Hah...kamu dari Pulau Nusantara...sang raja kaget bukan kepalang...mendengar jawaban pemuda buta...

Pemuda Buta : Maaf baginda...hamba memang dari Pulau Nusantara...

Sang Putri : Baiklah...kalau kamu dari Pulau Nusantara pasti sanggup dengan syarat tadi...sebenarnya bukan membawa sepasang kijang dalam artian binatang...tapi apa maksud/ makna sepasang kijang itu...tanya sang putri kepada pemuda buta...

Pemuda Buta : Baiklah sang putri, makna sepasang kijang adalah...kijang itu ber-kaki panjang...maksudnya adalah setiap manusia harusnya punya langkah, wawasan, pikiran, cita-cita, yang panjang. Tidak pendek, dalam artian sempit/ cupet, manusia harus memikirkan masa depan, masa yang akan datang, bukan hanya memikirkan diri sendiri, tapi untuk orang banyak, untuk bangsa dan kerajaan/ negaranya.

Sang Putri : Baiklah...bagaimana ayah, bunda apakah pemuda buta ini bisa diterima menjadi suami hamba ?

Sang Raja : Itu terserah kamu putriku, kamu yang menjalani, ayah dan bunda hanya merestui saja, apa yang kamu anggap baik.

Permaisuri : Benar sekali kata ayahanda putriku...

Akhirnya Sang Putri Sekar Serapandai menikah dengan Jaka Samadirah, dan mereka hidup rukun, bahagia dan dikaruniai banyak anak. Yang kelak akan menjadi raja-raja di Kerajaan Karapandai. (AM Kisworo, 5 Oktober 2013).

Tetap tersenyum anak-anak Nusantara, tetap harus hormat kepada ibu bapak. Salam NKRI
 
 

Comments

Popular posts from this blog

Kr. Telaga Biru - Tuti Trisedya

Waktu bulan mulai bercahya Pancarkan sinarnya Berkilauan air di telaga Telaga biru maya Di tengahnya bambu sejuta Menghijau warnanya Kemilau sinarnya di telaga Telaga biru maya Diwaktu malam bulan purnama Terdengar nyanyian surga Bidadari yang bersuka riang Menghibur hati di telaga Di tengahnya rimba yang sunyi Telaga bidadari Bunga surga yang mengharumi Telaga biru suci Diwaktu malam bulan purnama Terdengar nyanyian surga Bidadari yang bersuka riang Menghibur hati di telaga Di tengahnya rimba yang sunyi Telaga bidadari Bunga surga yang mengharumi Telaga biru suci

Nandang Bronto - Safitri

Sok kapan biso kelakon Sliramu dadi sisihanku Wis suwe nggonku ngenteni Ning sliramu sajak ora ngerti Opo sliramu ra kroso Atiku lagi nandang bronto Aku nyuwun palilahmu Timbangono katresnanku iki Tak rewangi awak kuru Saben ndino mung nggagas sliramu Tak suwun rino lan wengi Mugo mugo ketekan sedyaku Opo pancen koyo ngene rasane Wong kang nandang bronto Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu Tak rewangi awak kuru Saben ndino mung nggagas sliramu Tak suwun rino lan wengi Mugo mugo ketekan sedyaku Opo pancen koyo ngene rasane Wong kang nandang bronto Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu

Hati Yang Luka - Obbie Messakh

Berulang kali aku mencoba Selalu untuk mengalah Demi keutuhan kita berdua Walau kadang sakit Lihatlah tanda merah di pipi Bekas gambar tanganmu Sering kau lakukan bila kau marah Menutupi salahmu Samakah aku bagai burung di sana Yang dijual orang Hingga sesukamu kau lakukan itu Kau sakiti aku Kalaulah memang kita berpisah Itu bukan suratan Mungkin ini lebih baik Agar kau puas membagi cinta Pulangkan saja aku pada ibumu Atau ayahku Dulu segenggam emas Kau pinang aku Dulu bersumpah janji Di depan saksi Namun semua hilanglah sudah Ditelan dusta Namun semua tinggal cerita Hati yang luka Biar biarkanlah ada duka Malam ini Mungkin esok Kan kau jelang bahagia Bersama yang lain Kalaulah memang kita berpisah  Itu bukan suratan Mungkin ini lebih baik Agar kau puas membagi cinta Pulangkan saja aku pada ibumu Atau ayahku Dulu segenggam emas Kau pinang aku Dulu bersumpah janji Di depan saksi Namun semua hilanglah sudah Ditelan dusta Namun semua tin