Skip to main content

Nia Daniaty - Hati Yang Merana


Manalah mungkin ikan berenang
Tanpa air di kolam
Manalah mungkin burung terbang melayang
Bila patah sayapnya

Aku pun tak mungkin
Menahan kau pergi...ho...ho
Tapi diriku tak tahan lagi selalu kau dustai

Manalah mungkin jarum yang patah
Engkau sambung kembali
Manalah mungkin mata ini menangis
Kalau bukan karenamu

Wanita dicipta bukan untuk dihina...wo..ho
Mengapa tega kau membuang ludah
Di depan mataku
Kau yang selalu berdusta 
Tapi kau bilang aku yang salah
Siapa sih yang rela kasihnya membagi cinta 

Manis yang kau minta pahit ku terima
Sungguh mati aku sudah tak sudi lagi
Engkau ku cinta 

Jangan kau bersedih jangan kau menangis
Suatu saat nanti pasti
Kau temui cinta yang suci

Wanita dicipta bukan untuk dihina...wo..ho
Mengapa kau tega membuang ludah
Di depan mataku
Kau yang selalu berdusta
Tapi kau bilang aku yang salah
Siapa sih yang rela kasihnya membagi cinta

Manis yang kau minta pahit ku terima
Sungguh mati aku sudah tak sudi lagi
Engkau ku cinta 

Jangan kau bersedih jangan kau menangis
Suatu saat nanti
Pasti kau temui cinta yang suci

Comments

Popular posts from this blog

Kr. Telaga Biru - Tuti Trisedya

Waktu bulan mulai bercahya Pancarkan sinarnya Berkilauan air di telaga Telaga biru maya Di tengahnya bambu sejuta Menghijau warnanya Kemilau sinarnya di telaga Telaga biru maya Diwaktu malam bulan purnama Terdengar nyanyian surga Bidadari yang bersuka riang Menghibur hati di telaga Di tengahnya rimba yang sunyi Telaga bidadari Bunga surga yang mengharumi Telaga biru suci Diwaktu malam bulan purnama Terdengar nyanyian surga Bidadari yang bersuka riang Menghibur hati di telaga Di tengahnya rimba yang sunyi Telaga bidadari Bunga surga yang mengharumi Telaga biru suci

Dewi Purwati - Bangku Tua Jadi Saksi

  Bila ku duduk di sini Ku ingat belaian sayangmu Di sini di bangku ini Ada memory kau dan aku Saling lepas rindumu dan rinduku Saat kau kecup pipiku Serasa jantungku melayang Berdebar debar di dada Saat jemari tanganku Kau kecup dengan mesranya Aduh sepanas api yang biru Di sini di bangku tua ini Ku ingin seperti yang dulu Ada tawa ada candamu Ada pandangan mesramu Masihkah kau ingat ke sini Kau belai rambut dengan mesra Kau nyatakan cinta setia Sungguh indah penuh kenangan Masihkah kau ingat sayang Di bangku tua ini Yang masih ingatkah bangku tua ini Di sana kau belai rambutku Dan kau nyatakan cinta setia kepadaku  Seneng deh sampai sampai Ku bawa dalam mimpi Percaya nggak ? Di sini di bangku tua ini Ku ingin seperti yang dulu Ada tawa ada candamu Ada pandangan mesramu Masihkah kau ingat ke sini Kau belai rambut dengan mesra Kau nyatakan cinta setia Sungguh indah penuh kenangan Di sini di bangku tua ini Ku ingin seperti yang dulu Ada tawa ada candamu Ada pandangan...

Nandang Bronto - Safitri

Sok kapan biso kelakon Sliramu dadi sisihanku Wis suwe nggonku ngenteni Ning sliramu sajak ora ngerti Opo sliramu ra kroso Atiku lagi nandang bronto Aku nyuwun palilahmu Timbangono katresnanku iki Tak rewangi awak kuru Saben ndino mung nggagas sliramu Tak suwun rino lan wengi Mugo mugo ketekan sedyaku Opo pancen koyo ngene rasane Wong kang nandang bronto Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu Tak rewangi awak kuru Saben ndino mung nggagas sliramu Tak suwun rino lan wengi Mugo mugo ketekan sedyaku Opo pancen koyo ngene rasane Wong kang nandang bronto Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu