Skip to main content

BECAK MOTOR (BENTOR)

Salahsatu ciri khas Kota Kebumen adalah becak, model transportasi rakyat dari jaman dulu yang sampai kini masih tetap ada. Hampir di setiap mulut gang, pertigaan, perempatan di Kota Kebumen dipastikan banyak pengayuh becak menanti penumpang. Dan juga hampir di setiap RT dipastikan ada masyarakat/ penduduk yang berprofesi sebagai pengayuh becak. Bahkan ada yang satu keluarga (yang laki-laki) bapak, anak, menantu, cucu berprofesi sebagai tukang becak/ abang becak. Kondisi yang nyaris tanpa perubahan dari jaman ke jaman, potret dari sebuah kota/ kabupaten yang sangat lambat perkembangan perekonomian rakyatnya. 

Banyak sekali pemuda usia produktif yang mencari pekerjaan di luar kota, terutama Jakarta, Jawa Barat, Semarang dsb, dikarenakan sulitnya mencari lapangan pekerjaan yang ada. Kalaupun ada lapangan pekerjaan sifatnya musiman, misalnya sebagai tukang bangunan/ kuli bangunan. Sebenarnya sangat disayangkan kalau usia-usia produktif banyak yang mencari pekerjaan  di luar kota, ya karena keterbatasan lapangan pekerjaan tadi. Sebagai alternatif pekerjaan banyak pemuda-pemuda yang berprofesi sebagai tukang becak "daripada nganggur".

Kota Kebumen sangat membutuhkan pemimpin yang "exstra pintar" untuk memajukan daerah ini, supaya tidak terlalu jauh ketinggalan dengan kota-kota di sekitarnya, misalnya Cilacap, Purworejo, Banjarnegara, Wonosobo, terutama sektor transportasi ini. Kalau sarana tranportasi berjalan dengan baik, kemungkinan roda perekonomian akan ikut berkembang pula. 

Becak Motor atau Bentor inilah sarana tranportasi yang sangat cepat perkembangannya, mungkin sudah mencapai ribuan jumlahnya di Kota Kebumen, berbanding terbalik dengan kota-kota di sekitarnya yang semakin hari semakin berkurang "becaknya".

Bentor ini berkembang sejak Rustriningsih (mantan bupati) mencalonkan diri sebagai bupati beberapa tahun yang lalu. Saya dengar-dengar sebagai alat kampanye politiknya dengan menggandeng abang-abang becak ini yang jumlahnya ribuan orang (belum keluarganya). 

Model Bentor yang seperti ini, menurut seorang Pejabat Dibhub Magelang/ (tetangga saya di Magelang) tidaklah benar. Atau tidak sesuai dengan UU transportasi, terutama tentang keselamatan penumpang, makanya di Magelang tidak ada Bentor beroperasi. Model Bentor yang diperbolehkan adalah posisi pengemudi ada disamping sebelah kanan penumpang, tidak di belakang penumpang seperti model Bentor yang ada di Kebumen. 

Harga sebuah Bentor bervariasi, kalau yang di photo-photo ini harganya 3,5 jt (milik Bp. Khamidun) penjaga malam di kantor tempat saya bekerja.
Semoga ke depannya Kota "Beriman" ini semakin maju dengan segala keterbatasan yang ada. Maturnuwun (Kebumen, 1 Nopember 2013)





                                                                                                                                            

Comments

Popular posts from this blog

Kr. Telaga Biru - Tuti Trisedya

Waktu bulan mulai bercahya Pancarkan sinarnya Berkilauan air di telaga Telaga biru maya Di tengahnya bambu sejuta Menghijau warnanya Kemilau sinarnya di telaga Telaga biru maya Diwaktu malam bulan purnama Terdengar nyanyian surga Bidadari yang bersuka riang Menghibur hati di telaga Di tengahnya rimba yang sunyi Telaga bidadari Bunga surga yang mengharumi Telaga biru suci Diwaktu malam bulan purnama Terdengar nyanyian surga Bidadari yang bersuka riang Menghibur hati di telaga Di tengahnya rimba yang sunyi Telaga bidadari Bunga surga yang mengharumi Telaga biru suci

Nandang Bronto - Safitri

Sok kapan biso kelakon Sliramu dadi sisihanku Wis suwe nggonku ngenteni Ning sliramu sajak ora ngerti Opo sliramu ra kroso Atiku lagi nandang bronto Aku nyuwun palilahmu Timbangono katresnanku iki Tak rewangi awak kuru Saben ndino mung nggagas sliramu Tak suwun rino lan wengi Mugo mugo ketekan sedyaku Opo pancen koyo ngene rasane Wong kang nandang bronto Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu Tak rewangi awak kuru Saben ndino mung nggagas sliramu Tak suwun rino lan wengi Mugo mugo ketekan sedyaku Opo pancen koyo ngene rasane Wong kang nandang bronto Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu Sedino ora ketemu Rumangsaku wis koyo sewindu

Hati Yang Luka - Obbie Messakh

Berulang kali aku mencoba Selalu untuk mengalah Demi keutuhan kita berdua Walau kadang sakit Lihatlah tanda merah di pipi Bekas gambar tanganmu Sering kau lakukan bila kau marah Menutupi salahmu Samakah aku bagai burung di sana Yang dijual orang Hingga sesukamu kau lakukan itu Kau sakiti aku Kalaulah memang kita berpisah Itu bukan suratan Mungkin ini lebih baik Agar kau puas membagi cinta Pulangkan saja aku pada ibumu Atau ayahku Dulu segenggam emas Kau pinang aku Dulu bersumpah janji Di depan saksi Namun semua hilanglah sudah Ditelan dusta Namun semua tinggal cerita Hati yang luka Biar biarkanlah ada duka Malam ini Mungkin esok Kan kau jelang bahagia Bersama yang lain Kalaulah memang kita berpisah  Itu bukan suratan Mungkin ini lebih baik Agar kau puas membagi cinta Pulangkan saja aku pada ibumu Atau ayahku Dulu segenggam emas Kau pinang aku Dulu bersumpah janji Di depan saksi Namun semua hilanglah sudah Ditelan dusta Namun semua tin